Manokwari, doberainews – Genap 24 tahun sejak 2001, kebijakan Otonomi Khusus (Otsus) Papua dihadapkan pada realitas pahit. Meskipun ratusan triliun rupiah Dana Otsus (DOK) dan Dana Tambahan Infrastruktur (DTI) telah dikucurkan sejak 2002, harapan Otsus sebagai “Jembatan Emas” menuju kesejahteraan hakiki bagi Orang Asli Papua (OAP) dinilai telah gagal menyentuh akar persoalan.
Andreas Duwiri, Ketua Pemuda Waropen Manokwari sekaligus aktivis Papua Barat, anak dari Keliopas Duwiri (salah satu tokoh Papua yang tergabung dalam Tim 100 dan eks MRP PB) menyoroti implementasi yang tidak sinkron dengan tuntutan kesejahteraan OAP.
“Apa yang sudah dilewati selama 24 tahun ini adalah titik balik. Kami menuntut keadilan hakiki yang nyata, bukan sekadar proyek,” tegas Andreas dalam rilis kepada media ini, Jumat (21/11/2025).
Ia mendesak para pengambil kebijakan di daerah untuk serius menjalankan mandat di sektor pendidikan, kesehatan, pengelolaan SDA/SDM dan pentingnya mmperluasnya lapangan kerja bagi OAP serta peningkatan kesejahteraan bagi sektor ekonomi untuk OAP.
Menurutnya, kegegagaln Otsus bersumber pada krisis tata kelola regulasi dan pengawasan yang kurang ketat sehingga Otsus tidak optimal menyentuh kepentingan OAP.
“Lemahnya regulasi lokal (Perdasus/Perdasi) dan tata kelola membuat dana cenderung terserap untuk proyek umum, bukan program
afirmatif krusial,” ungkapnya.
Padahal, UU Otsus yang baru (UU No. 2 Tahun 2021) mengamanatkan alokasi minimal 30% untuk Pendidikan dan 25% untuk Kesehatan yang diprioritaskan bagi OAP dan bila kedepen di fungsikan dengan baik pasti bukan hanya pendidikan gratis akan tetapi kesehatan gratis juga kita OAP nikmati bersama.
Menjadikan momen HUT Otsus ke-24 ini sebagai momentum introspeksi total, Andreas Duwiri menyerukan perubahan mentalitas kepemimpinan untuk lebih membenah diri, menerima kritikan yang membangun dan saling bahu membahu mensejahterakan OAP serta menjaga alam Papua bersama-sama demi genersi penerus kita yang akan datang.
“Otsus tidak hanya membutuhkan orang pintar, tetapi orang yang JUJUR dan BERANI mengambil tindakan kongkrit demi membangun Orang Papua dan tanah Papua,” tegasnya.
Mengutip peringatan 100 tahun nubuat Isak Samuel Kijhne, ia menekankan perlunya melepaskan ego dan bersatu. Keberhasilan Otsus, khususnya pasca-pemekaran, bergantung penuh pada komitmen, akuntabilitas, dan ketegasan elite lokal untuk fokus pada kesejahteraan OAP, bukan hanya wacana.
Menutupi pernyataan dengan mengutip pernyataan mantan Gubernur Papua Barat, Brigjen TNI AL Abraham Oktovianus Atururi dan Gubernur Papua Barat saat ini bahwa “kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kitorang siapa lagi. Membangun dengan hati, mempersatukan dengan kasih. God Bless The Land Of Papua,”tukasnya. (red/rls)

















