Pegaf, doberainews – Salah satu Pemerhati Pendidikan di Kabupaten Pegunungan Arfak, Lameck Dowansiba mengungkap berbagai faktor yang mempengaruhi terhambatnya pendidikan di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Lameck mengakui minimnya pendidikan di Kabupaten Pegunungan Arfak dipengaruhi berbagai faktor seperti minimnya sarana prasarana, SDM dan juga aksesibilitas jalan, termasuk masalah adat orang Arfak.
“Masalah pendidikan di Kabupaten Pegunungan Arfak ini harus menjadi tanggung jawab bersama baik Pemerintah tetapi juga masyarakat. Pemerintah memiliki tanggung jawab dengan menyiapkan sarana prasarana dan tenaga pengajar, sementara masyarakat (Orang tua/wali murid) miliki tanggung jawab untuk mendukung dan mengawasi pendidikan tersebut, dengan cara menyuruh anaknya atau membantu anak-anaknya untuk pergi ke sekolah,”kata Lameck, Sabtu (10/12/2023) pekan kemarin.
Sebagai anak asli Pegaf, Lameck mengakui kekurangan tenaga pengajar menjadi salah satu faktor utama yang menyababkan minimnya layanan pendidikan bagi generasi Arfak di Kabupaten Pegunungan Arfak.
“Minimnya tenaga pengajar ini sudah menjadi masalah klasik dari zaman kami sekolah (1990-an) sampai saat ini,”aku Lameck Dowansiba.
Bahan bacaan dan sarana dan prasarana yang terbatas, disebutnya juga sebagai faktor lain yang turut berdampak pada tingkat pendidikan di Kabupaten Pegunungan Arfak.
“Kami harap dengan kehadirian Kabupaten Pegunungan Arfak yang sudah 11 Tahun berdiri ini, harus memberikan warna tersendiri bagi kemajuan pendidikan di Kabupaten ini,” ujar Lameck.
Pemerintah melalui dinas pendidikan diharapkan bertindak tegas menyikapi masalah tenaga pengajar, terutama tenaga pengajar hanya menuntut upah namun tak pernah bertugas.
“Kalau malas mengajar harus ditindak tegas, sehingga guru – guru bukan saja hanya menerima haknya tetapi juga harus melaksanakan tanggungjawabnya,”tegas Dia.
Lameck mengungkap keterbatasan tenaga pengajar hampir ditemukan pada semua sekolah baik SD, SMP, SMA di Kabupaten Pegunungan Arfak.
“Di Kampung Iryo, atau Ndut, Distrik Taige, kami bisa lihat sendiri hanya 2 Guru yang mengabdi, yaitu kepala sekolah dan seorang guru bantu. Hal yang sama terjadi di Kampung Csusi, di Ibukota Kabupaten Pegaf, hanya dua guru yang mengajar. Demikian pula di kampung – kampung lainnya, apalagi kampung di pedalaman,” ungkapnya.
Pendiri Komunitas Literasi Rumah Baca di Kabupaten Pegunungan Arfak ini menerangkan keadaan tersebut sangat membahayakan masa depan generasi Papua di Kabupaten Pegunungan Arfak.
“Kalau hanya dua guru saja begitu, bagaimana bisa mengajar enam kelas. Belum ditambah lagi dengan tingkat spesifikasi. Belum tentu guru agama bisa mengajar Matematika atau IPA, IPS, atau sebaliknya. Saya berharap pemerintah sudah harus memperhatikan hal ini,”harapnya.
Selain itu, masalah adat budaya diakui Lameck sebagai salah satu faktor yang juga berdampak langsung terhadap masalah pendidikan di Kabupaten Pegunungan Arfak.
“Masalah adat dan Budaya juga harus diperhatikan, karena berdampak terhadap pendidikan anak. Masalah baku jaga (Suanggi) ini salah satu hal yang berdampak untuk anak – anak melanjutkan sekolah. Misalnya, jika ada masalah antar kampung A dan kampung B maka bisa berdampak terhadap anak – anak dari kampung B untuk pergi sekolah di kampung A. Apalagi sekolah SD, SMP atau SMA berada di Kampung A, ataupun sebaliknya. Bahkan bisa berdampak ke kampung C dan D yang masih keluarga (Kerabat) dekat”ungkap Lameck.
Tak hanya itu, Lameck juga mengakui masalah pernikahan dini dan jarak sekolah disebut juga sebagai masalah yang mempengaruhi pertumbuhan pendidikan di Kabupaten Pegunungan Arfak.
“Kadang masih SMP atau SMA tapi kalau sudah kawin (Nikah), maka terpaksa harus berhenti sekolah. Selain, itu faktor jarak sekolah dan rumah juga menjadi hambatan yang bikin siswa malas ke sekolah.
Dulu kita biasa jalan dari Jam 4-5 ke Minyambouw untuk sekolah. Bayangkan jam begitu, baru jalan, kadang bikin kita takut untuk jalan sendiri,”bebernya.
Pendiri rumah baca di Kabupaten Pegunungan Arfak ini menyarankan pemerintah mencari skema lain dalam meningkatkan SDM di Kabupaten Pegunungan Arfak.
“Kalau saran saya, pemerintah bangun sekolah berpola Asrama bagi siswa – siswa SMP atau SMA, khusus kepada Siswa yang jarak kampungnya jauh dari lokasi sekolah. Agar mereka bisa tinggal disitu, dan belajar bersama sehingga menghindari berbagai masalah – masalah seperti jarak dan masalah adat, serta ekonomi keluarga,”harapnya.
Pewarta : Yames Aisoki
Editor : Yames Aisoki