Otsus Jilid II, Anak Adat Harus Jadi Tuan Negeri Sendiri, Suku Besar Maya Diminta Belajar Persatuan Dari Suku Arfak

Otsus Jilid II, Anak Adat Harus Jadi Tuan Negeri Sendiri, Suku Besar Maya Diminta Belajar Persatuan Dari Suku Arfak

Mantan Anggota MRPB Papua Barat, Yulianus Thebu,S.Si., M. Si

Sorong, doberainews – Suku Besar Maya Raja Ampat, Papua Barat Daya diminta memanfaatkan momentum Otsus jilid II untuk merevitalisasi internal kelembagaan suku dan masyarakat adat untuk membangun persatuan dan kesatuan dalam mengisi pembangunan di daerah.

Hal itu disampaikan salah satu Intelektual asal Suku Besar Maya Raja Ampat, Yulianus Thebu,S.Si., M. Si melalui sambungan seluler kepada media menanggapi dinamika Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Kepala Daerah pada 2024 mendatang.

Mantan Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Ambel itu menerangkan persatuan dan kesatuan suku – suku asli Papua merupakan modal utama menjadi tuan di negeri sendiri sebagaimana amanat UU Nomor 21 Tahun 2001 dan perubahan melalui UU Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Otonomi Khusus.

“Otonomi Khusus Jilid II melalui UU Nomor 2 Tahun 2021 tentang perubahan kedua UU Nomor 21 Tahun 2001 tantang Otonomi Khusus menjadi momen untuk anak – anak adat mulai menata diri, kelembagaan adat dan masa depan dirinya dan sukunya dalam mengisi pembangunan di daerah,” Kata Mantan Anggota MRP Papua Barat ini.

Dijelaskan, modal utama agar anak – anak adat bisa bangkit dan memimpin negerinya ialah membangun persatuan dan kesatuan sesama anak adat dalam mengisi pembangunan. Dan modal persatuan itu bisa dicontohi pada semangat yang dibangun oleh suku Besar Arfak di Provinsi Papua Barat.

“Hari ini orang Arfak bisa bangkit menjadi tuan di negeri mereka sendiri karena mereka bersatu. Mereka bisa jadi Bupati, Ketua DPRD hingga Gubernur karena mereka saling percaya dan saling mendukung. Tanpa modal persatuan, anak – anak adat akan susah menjadi tuan di negeri mereka sendiri,”tutur dia.

Selanjutnya, Yulianus menyebutkan, jumlah orang Maya Raja Ampat mencapai 60-70 persen dari total jumlah penduduk di Raja Ampat. Jumlah yang cukup banyak tersebut, menurutnya memiliki kekutan basis yang mampu mempengaruhi dinamika politik di Kabupaten Raja Ampat namun karena tidak ada persatuan sehingga Suku Besar Maya masih menjadi penonton di negerinya sendiri.

Orang dari luar tahu bahwa orang Maya ini mudah dibeli, mudah diprovokasi dan mudah diadu domba sehingga kita tidak pernah bersatu tetapi terus diprovokasi dan diadudomba. Karena itu, melalui momen pemilu ini saya harap kita belajar dari persatuan dan kesatuan orang Arfak, agar kita bisa pimpin dan bangun daerah kita sendiri,” Kata Mantan Ketua LMA Ambel, Yulianus Thebu.

Dipaparkan, Orang Maya merupakan penduduk asli Kabupaten Raja Ampat yang terdiri dari 12 sub suku yang tersebar di 4 Pulau Besar , yakni Pulau Waigeo, Misool, Salawati dan Batanta serta 35 pulau – pulau kecil lainnya.

Dari 12 Sub Suku ini memiliki bahasa yang berbeda, dengan batas – batas wilayah adatnya. Di Waigeo ada 4 Suku, yakni Suku Ambel tersebar di Teluk Mayalibit sampai Raja Ampat Utara. Sementara suku Langganyan mendiami dua kampung dalam Teluk Mayalibit sedangkan Suku Wawiyai mendiami Teluk Kabui. Dan di Waigeo Barat Kepulauan dihuni oleh Suku Kawe.

Di Pulau Batanta didiami oleh Suku Batta, dan di Pulau Misool didiami oleh Suku Matbat. Sedangkan di Salawati didiami oleh 4 Sub Suku Maya lainnya.

“Jika 12 Sub Suku ini bersatu maka sudah menjadi modal untuk anak – anak adat Maya bangkit menjadi tuan di negeri sendiri,” Imbunya.

Walaupun demikian, diakuinya bahwa kehidupan sosial orang Maya yang berada di pulau – pulau yang berbeda-beda menjadi potensi untuk dipecah belah oleh para politisi yang miliki ambisi politik dan ambisi kekuasaan untuk menguasai hak tanah, laut dan sumber daya orang Maya.

“Kita bisa lihat, orang dari luar masuk ke Raja Ampat saja bisa tukar tanah dengan pakaian, makanan atau bahkan dengan uang. Orang dari luar bisa dapat tanah, hutan dan kekayaan alam yang ada. Ini yang tidak boleh, harus dijaga agar tidak bisa dikuasai oleh orang dari luar,”beber Mantan Anggota MRP Papua Barat ini.

Yulinus lalu menghimbau kepada seluruh dewan – dewan adat suku dari masing – masing sub suku Maya untuk mengambil langkah menata kembali Persatuan dan Kesatuan orang Maya.

“Di masing – masing Sub suku sudah ada dewan adat suku. Saya harap DAS sudah mulai duduk bahas langkah – langkah apa yang harus dibangun ke depan agar orang Maya harus bangkit untuk membangun tanahnya, wilayah adatnya dengan membangun persatuan bersama,” jelas dia.

Yulianus mengakui SDM Suku Maya ini sudah semakin meningkat baik di di Birokrat Pemerintahan, akademisi, politisi maupun sektor – sektor lainnya.

Anak – anak Maya banyak yang sudah jadi birokrat, politisi, akademisi, profesi wiraswasta lainnya. Dengan jumlah SDM yang ada saat ini, kita harus bersatu mendukung anak – anak adat Maya untuk menjadi tuan di negerinya sendiri baik itu DPRK, DPRP maupun calon Bupati dan Gubernur.

Sesama anak – anak Maya harus saling mendukung, hentikan sudah egoisme antar suku tetapi mari kita bergandeng tangan untuk mengisi pembangunan di Raja Ampat.

Ketua LMA Ambel Raja Ampat ini mengaku, para pemimpin adat dan tokoh – tokoh Suku Maya telah bersepakat untuk menggelar forum masyarakat adat setingkat Kongres untuk bersama – sama membahas eksistensi orang Maya di Kabupaten Raja Ampat.

“Dalam waktu dekat, kita akan gelar Kongres Masyarakat Adat Suku Maya se Papua Barat Daya untuk memilih Kepala Suku Besar Maya. Melalui Musyawarah itu juga kita akan melahirkan figur – figur dari masing – masing Sub Suku untuk menjadi calon – calon pemimpin di Raja Ampat.

Kita harap Kongres ini diikuti oleh seluruh masyarakat adat Maya sehingga menjadi ajang silahturahmi dalam membangun persatuan dan kesatuan masyarakat Adat Maya se Papua Barat Daya sekaligus membicarakan nasib dan masa depan Suku Maya di Raja Ampat. Baik Manusianya, Sumber daya Alamnya maupun kelembagaan Adat dan adat istiadat Maya di Raja Ampat,”pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *