Manokwari, doberanews – Penjabat Sekretaris Daerah Papua Barat, Yacob Fonataba simbolis pelepasan Ekspor Komoditas Perkebunan Tanaman Kakao Ransiki milik PT. Ebier Suth Cokran di Dermaga Pelabuhan Manokwari, Selasa (19/92023).
Komoditi Coklat di ekspor sebanyak 5 ton senilai, 225.000.000 Kakao ini diekspor ke berbagai negara yakni Belanda, Amerika, Rusia, Prancis, Switzerland melalui Surabaya.
“Jadi kakao yang diekspor sebanyak 5 ton di berbagai negara. 5 ton hanya simbolis, akan berkelanjutan dari hasil produksi setiap 3 bulan rutin ekspor,’kata Penjabat Sekda Papua Barat, Jacob Fonataba kepada wartawan.
Ia mengatakan, kalau ada kegiatan ekspor hasil produksi masyarakat dibeli oleh PT. Ebier Suth di bantu Pemerintah memfasilitasi pengirimannya.
“Sehingga nilai dari biji kering kakao, meningkat harga jual ada pertani memperoleh pendapatan,”katanya
Hal tersebut, dengan demikian petani memiliki pendapatan program pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan secara otomatis teratasi.
“Serta menjaga, stabilitas daerah. Dengan harapan harga jual tinggi serta produksi meningkat tentu ekonomi pendapatan petani meningkat. Hal ini tentu menuntaskan kemiskinan di Papua Barat,”ujarnya.
Ia menambahkan, yang sekarang kita ekspor hanya 200 hektar, kita sudah bisa dapat produksi yang bagus seperti hari ini, kita ekspor.
“Tapi kalau di hulu, kita kelola budidaya. Kalau budidaya bagus memproduksi hasil biji kakao premium begini dengan standar bagus. Tadi kalau di jual, 45 per biji kering, tapi kalau diolah, makanya kita sedang bangun infrastruktur pengelolaan biji kakao,”tuturnya.
Lanjut dia, kecil mini sudah ada bisa menghasilkan bubuk dan pasta. Yang bubuk saja harganya Rp.150 ribu, kalau pasta Rp.250 perkilo.Berarti pendapatan sudah sangat besar, kita baru situ saja besar tidak menjual biji kering begini
“Kita sudah bisa mengolah dari proses hilirisasi, dengan membangun infrastrukturnya. Tadi dari 200 hektar kita sedang kembangkan potensi ada 1000. Kalau 1000 itu jadi, Manokwari Selatan jadi lumbung pendapatan luar biasa menjadi devisa bagi pemerintah daerah,”ungkapnya.
Kepala Balai Standarisasi Instrumen Pertanian Papua Barat, Aser Rouw mengatakan, biji kakou premium artinya memiliki standar multi internasional. Ini di ekspor 5 ton biji kakao.
“Ini di kelola oleh PT. Ebier Suth cokran Manokwari Selatan sekitar 200 hektar,”ucapnya.
Dalam setahun 3 kali kita ekspor dengan 1 kali puncak musim besar. Kami juga melibatkan petani milenieal, bagaimana menggerakan mereka dari hulu sampai ke hilir.
“Jadi anak-anak muda ini mau bertanam tapi juga mau berproduksi. Masih banyak komodititas kembangkan lagi di Papua Barat,”pungkasnya. (Dhy)